Jumat, 15 Juli 2016

Warga Kampung Dadap Baru

Kecurigaan yang Berakar Puluhan Tahun Warga Kampung Dadap Baru, Kosambi, Kabupaten Tangerang, sudah merasa diabaikan oleh pemerintah daerah setempat sejak puluhan tahun lalu. Koordinator warga Dadap, Misbah, mengatakan penderitaan warga paling terasa saat terjadi rob atau air laut naik. Menurut Misbah, biasanya air laut pasang saat musim hujan bersamaan dengan munculnya bulan purnama. "Air melimpas dari tanggul Kali Perancis,” kata dia. Kalau sudah seperti itu, permukiman sekitar 1.600 jiwa penduduk tersebut langsung terendam. "Tapi kami tidak mengungsi, karena sudah biasa hidup sebagai nelayan.” Berbarengan dengan munculnya rencana reklamasi kawasan pantai utara Tangerang pada 2007, dia menambahkan, warga mengajukan usul kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang agar membuat tanggul penahan air di sepanjang bantaran Kali Perancis. "Tapi, janji tinggal janji, karena sejak 2007 hingga kini berganti bupati , tanggul itu belum juga terbangun,” kata Misbah. Jalan yang masih berupa tanah dan becek, kata dia, juga tidak kunjung diperbaiki. Sedangkan jalan di perkotaan, terutama yang menuju pusat pemerintahan dan Bandar Udara Soekarno-Hatta, diaspal dan dicor. "Kami diabaikan.” Akhirnya, warga menjadi apatis. Membangun tanggul jelas di luar kemampuan mereka. Yang bisa dikerjakan sebatas menata jalan-jalan di permukim­an secara swadaya. "Oleh warga dan pemilik tempat hiburan di lokalisasi Dadap,” ucap Misbah, berterus terang. Mereka juga merasa dianaktirikan dalam urusan kependudukan. Misalnya dalam pembuatan kartu tanda penduduk, kartu keluarga, dan akta kelahiran. Selain harus menempuh jarak yang sangat jauh ke pusat pemerintahan di Tigaraksa, yakni 30 kilometer, mereka terpaksa membayar biaya cukup mahal. "Untuk membuatnya harus kolektif, dan harus membayar sampai Rp 300 ribuan,” ujar Misbah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar